by@lietha PKL
td2 MM

Obat Dan Dosis


Pengobatan Lewat Mulut


Pengobatan lewat mulut dilakukan dengan mencampurkan obat pada makanan koi. Cara ini dilakukan terhadap koi yang terserang bakteri ataupun karena kekurangan gizi. Obat-obatan yang diguna-kan pun sesuai dengan kepentingannya seperti obat penambah gizi, cairan sulfa, zat antibiotik, dan lain sebagainya.

Obat yang berbentuk serbuk biasanya dilarutkan dulu dengan air bam dicampurkan dalam makanan. Demikian juga obat yang berbentuk cair biasanya dicampur air dulu untuk mengencerkan-nya, sehingga merata ketika dicampurkan dengan makanan.

Operasi

Cara pengobatan yang jarang dilakukan di Indonesia, karena tidak adanya jaminan koi bakal tetap selamat setelah operasi selesai.

Sekadar sebagai ca-tatan bahwa operasi sering dilakukan ketika koi ter-serang tumor pada organ reproduksinya.

Hidrogen Peroksida

Larutan jernih ini sepintas mirip air,  dengan rumus kimia yang nyaris serupa H2O2.  Meskipun demikian jangan coba-coba untuk mengkonsumsinya.  Bahan ini merupakan oksidator kuat. Hidrogen peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air dan oksigen. Bahan ini kerap digunakan dalam dunia kesehatan sebagai disinfektan (pembunuh kuman) karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik pada akuarium.

Hidrogen peroksida bisa pula digunakan sebagai catu oksigen dalam akuarium untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen yang terjadi.  Sebuah produk peralatan akuarium malah membuat catu oksigen dengan bahan baku hidrogen perosidan ini dengan sangat baik, sehingga oksigen dapat disuplai tanpa menggunakan listrik.

Beberapa penggunaan hidrogen peroksida dalam akuarium:

Sebagai anti protozoa:

Diberikan sebagai perlakuan perendaman dalam jangka pendek. Dosisi yang digunakan adalah 10 ml larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air.  Perendaman dilakukan selama maksimum 5-10 menit.  Perendaman harus dihentikan apabila ikan menunjukkan gejala stress.  

Untuk memulihkan kondisi kekurangan oksigen:

Dosis yang digunakan 1-2 ml larutan dengan konsentrasi 3% dalam 10 liter air akuarium. Dosis harus dijaga agar jangan sampai kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan menjadi stress dan bisa membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan.

Sebelum diberikan dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida tersebut, setidaknya dengan perbandingan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagidan air). Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa larutan ini dapat segera tercampur dengan baik segera setelah dimasukan kedalam akuarium.

Perlu diperhatikan perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja.  Oleh karena itu, apabila kondisi kekurangan oksigen terjadi, perlu dicari penyebab sebenarnya agar dapat diatasi dengan lebih baik.

Suntikan

Seperti yang sudah. kita bayangkan, suntikan biasanya dipakai untuk mengobati bagian dalam tubuh koi. Penyakit karena bakteri menuntut kita untuk melakukan pengobatan dengan cara ini. Pe-nyuntikan bisa dilakukan dengan dua cara yang ber-beda yaitu penyuntikan lewat otot (daging) dikenal sebagai intramuscular dan penyuntikan lewat perut
atau intraperitoneal.

Penyuntikan intramuscular dilakukan pada otot di bawah sirip dada atau di samping anus, sedangkan penyuntikan intraperitoneal dilakukan pada daerah perut hingga tembus, tapi tidak sampai melukai organ dalam koi. Ada lagi sistem penyuntikan yang jarang dipraktekkan yaitu penyuntikan lewat sirip, dan biasanya sirip ekor yang dipilih.

Pengolesan

Cara olesan umumnya dipakai untuk mengobati penyakit yang menyerang tubuh bagian luar koi.

Cara ini bisa dilakukan dengan menggunakan kapas bersih dan obat yang bisa digunakan seperti obat merah, atau Yodium tinctuur. Luka yang disebabkan karena kita mencabut Lernaea (cacing jangkar) atau kutu ikan bisa diobati dengan cara ini.

Formalin


(HCHO dan CH3OH dalam air) Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 37-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam tertentu, pada saat ini sudah jarang digunakan dalam akuarium. Saat ini, formalin lebih banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. (Ikan yang akan diawetkan harus melalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu, kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya). Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.

Penggunaan

Untuk penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 - 30 menit). Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium utama.
Dosis

Dosis penggunaan formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria rata-rata. Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti nafas tersengal-sengal (megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium)

Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasit kecil penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml produk komersial (37-40%) per 10 liter air. Setelah 2 - 3 hari, kembalikan ikan pada akuarium semula. Apabila perlakuan dilakukan pada akuarium utama (jangan lupa by pass filter biologi), maka lakukan penggantian air sebanyak 30%.

Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasi besar penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml produk komersial per 10 liter air. Siapkan campuran terlebih dahulu sebelum ikan dimasukkan. lakukan perendaman selama maksimal 30 menit, atau bahkan kurang apabila ikan segera menunjukkan gejala stres.

Peringatan

Formalin sangat berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal ini terjadi segeralah cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat menghasilkan uap beracun, oleh karena itu jangan biarkan botol formalin terbuka di ruang tertutup. Simpan formalin dalam botol berwarna gelap dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka akan dapat terbentuk paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun bagi ikan, bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin dapat bersifat ekspolif.

Sifat Fisika dan Kimia

Tampilan:
cairan jernih (tidak berwarna)
Bau:
berbau menusuk, keras
Kelarutan:
sangat larut
Berat jenis:
1.08
pH:
2.8
Volatilasi (21°C):
100
Titik didih:
96°C
Titik Cair:
-15°C
Kepadatan Uap (udara=1):
1.04
Tekanan Uap:
1.3@ pada 20°C
Laju Penguapan:
Tidak ada informasi

Identifikasi Bahaya
Sangat berbahaya! Dapat menyebabkan kanker. Resiko kanker tergantung pada tingkat dan lama kontak. Uap berbahaya. Berbahaya apabila terhirup atau terserap kulit. Menyebabkan iritasi terhadap kulit, mata dan saluran pernafasan. Dapat berakibat fatal atau menyebabkan kebutaan apabila tertelan.Mudah terbakar.
Tingkat Bahaya

Kesehatan= 3 (tinggi)
Terbakar= 2 (sedang)
Reaktifitas= 2 (sedang)
Kontak= 3 (tinggi)-korosif

Pertolongan Pertama

Terhisap: Pindahkan korban pada udara bersih. Apabila tidak bernafas, beri nafas buatan, apabila kesulitan bernafas beri oksigen, panggil dokter.

Tertelan: Apabila korban sadar usahakan untuk mengencerkan, menonaktifkan dan menyerap bahan dengan memberi susu, arang aktif, atau air. Setiap bahan organik akan dapat menonaktifkan formalin. Jaga tubuh korban agar tetap hangat dan rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul.

Kontak Kulit: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit, sambil melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.

Kontak Mata: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit Segera hubungi dokter.

Metronidazol dan Di-metronidazol

Metronidazol dan di-metrinidazol adalah obat antimikroba yang dibuat dan dikembangkan untuk manusia untuk melawan bakteri-bakteri anaerob dan protozoa.  Dalam  dunia ikan hias, diketahui, obat ini biasa digunakan untuk mengobati hexamitiasis.

Dosis dan Cara Pemberian Apabila dalam akuarium anda sebagian besar atau seluruhnya terdiri dan cichlid maka pengobatan dengan metronidazol dapat dilakukan pada akuarium tersebut.  Kalau tidak, maka pengobatan sebaiknya dilakukan pada tempat terpisah.  Seluruh cichlid dari akuraium yang terjangkit harus diperlakukan dengan obat ini secara menyeluruh.  Sejauh ini tidak dilaporkan adanya efek negatif dari penggunaan obat ini terhadap kinerja filter biologi.

Metronidazol. Dosis yang disarankan adalah 10 ppm. Obat ini biasanya berbentuk tablet dengan kadar  250 mg/tablet.  Sebelum digunakan, tumbuk halus tablet tersebut dan campur dengan air. Selanjutnya, sesuai dengan takaran yang diperlukan, masukan larutan tersebut kedalam akuarium.  Perlakuan ini harus diulang selang sehari, hingga sebanyak 3 ulangan.  Anda dapat melakukan pergantian air sebanyak 25 % selama perlakuan, sehari sebelum perlakuan dilakukan.  Apabila ikan yang terjangkit masih mau makan, disarankan agar metronidazol diberikan secara oral, yaitu dicampurkan pada pakan mereka. Dosis yang direkomendasikan adalah 1 % berat.  Secara praktis hal ini dapat dilakukan dengan cara mencelupkan pakan pada larutan metronidazol sebelum diberikan atau dengan mencampurkan tepung metronidazol pada pakan mereka.

Di-metronidazol.  Dosis = 5 ppm. Diberikan seperti halnya cara pemberian metronidazol, tetapi ulangan dilakukan dengan selang 3 hari (4 hari sekali).  Pada kasus berat, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman selama 48 jam dengan dosis 0.004 %.

Pemandian (Bathing)

Pemandian atau perendaman koi dalam bejana yang berisi air yang sudah dicampur dengan obat dapat mengobati koi yang terserang White spot, kutu ikan, jamur, lernaea. Untuk pengobatan karena serangan bakteri, cara ini juga cukup efektif karena obat akan diserap melalui kulit dan insang.

Cara pemandian dilakukan dengan 2 langkah, yaitu : pertama dengan pemandian pendek dan kedua pemandian lama (jangka panjang). Pemandian pendek biasanya hanya memakan waktu 5-10 menit, sedangkan pemandian panjang dilakukan bisa sampai beberapa hari. Untuk pemandian yang lebih pendek dalam beberapa detik biasanya disebut pencelupan. Konsentrasi obat yang digunakan dalam pencelupan biasanya lebih pekat.

Sebenarnya yang disebut cara pemandian ini ada dua. Yang pertama dengan memindahkan ikan yang sakit ke dalam air yang sudah diberi larutan obat, dan kedua dengan memberi larutan obat pada air tempat ikan yang sakit. Di antara kedua cara tersebut cara pertama lebih efektif, bila kita hanya mengobati ikan yang terserang penyakit. Sedang cara kedua, selain membasmi bibit penyakit yang ada di badan ikan juga bisa memusnahkan penyakit yang ada dalam air. Kelebihan lain dari cara pertama adalah kita bisa menggunakan wadah kecil sesuai dengan keperluan. Sementara itu kolam bisa dike-ringkan dan dibersihkan.

GARAM IKAN - Fungsi dan Kegunaannya


Benda berupa kristal berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris. Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan kehadiran benda ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama. Perbedaan utama antara garam ikan dengan garam dapur atau garam meja adalah pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya mengandung NaCl saja, karena kehadiran bahan lain pada garam ini dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan. Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara umum disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak beriodium. Iodium sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain yang tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan kekhawatiran akan menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Apabila tidak terlalu mendesak maka penggunaan garam yang memang sudah dikhususkan untuk ikan akan lebih aman. Meskipun demikian banyak dilaporkan bahwa penggunaan garam beriodiumpun tidak menyebabkan dampak merugikan pada ikan-ikan yang diberi perlakuan tersebut. 

Fungsi Garam
Ikan , dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam didalam tubuhya tidak mudah “bocor” kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang. 

Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya.

Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati.

Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi. 

Beberapa Keunggulan Garam Ikan
Pemberian garam termasuk aman bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain itu juga aman bagi manusia. 
Seperti disebutkan sebelumnya, garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmoregulasi dan memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya.
Sampai tahap tertentu diketahui garam mampu memblokir efek nitrit. Nitrit dalam air dapat terserap kedalam system peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan. Kehadiran nitrit akan menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi menurun, sehingga pada kondisi kelebihan nitrit sering terjadi “penyakit darah coklat”. Dengan adanya garam kejadian demikian bisa dihindari.
Garam mampu membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan bakteri lainnya. Terakhir garam mudah didapat dan mudah dibeli, sehingga bisa tersedia setiap saat pada waktu diperlukan.


Dosis dan Cara Pemberian
Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu juga kerap digunakan sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir ini penggunaan garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena banyaknya anti jamur lain yang telah dibuat khusus untuk ikan.

Beberapa dosis penggunaan garam adalah:

Sebagai profilaktik:
Sebagai profilaktik, atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai “jamu” dianjurkan untuk menggunakan garam sebanyak 1 – 2 sendok teh garam per 4 liter air, atau sebanyak 1 – 2 gram per liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1 – 0.2 persen. Sebelumnya garam disiapkan di suatu wadah. Kemudian dibuat larutan dalam wadah tersebut sesuai dengan dosis. Setelah garam melarut baru dimasukan kedalam akuarium. Dosis sebagai “jamu” ini digunakan apabila kita belum tahu persis penyakit apa yang sebenarnya menjangkiti ikan, atau bisa juga digunakan apabila ikan terluka, stress dan sejenisnya. Dengan demikian sistem osmoregulasi ikan tetap prima sehingga ikan mudah melakukan pemulihan.

Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri
Untuk keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %, atau larutan 10 g garam dan 1 liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan secara sedikit demi sedikit sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24 – 48 jam. Jadi jangan diberikan sekaligus sebanyak 1 %, tapi diberikan secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kejutan osmotic, atau stress pada ikan yang bersangkutan. 

Pada awalnya konsentrasi larutan dapat dimulai pada tingkat 0.1 – 0.2 %. Kemudian secara teratur garam ditambahkan pada selang waktu tertentu, misalnya setiap 3-4 jam sekali. Apabila pada saat peningkatan konsentrasi garam ini ikan mengalami stress, hentikan segera perlakuan, kemudian ganti air sebagian sehingga konsentrasi garam turun ketingkat semula.

Untuk mengurangi pengaruh racun dari nitrit.
Untuk mengurangi pengaruh nitrit dosis yang dianjurkan adalah 1 gram perliter air.

Untuk melepaskan lintah pada ikan
Dapat dilakukan dengan merendam ikan yang bersangkutan secara singkat dalam larutan garam 2.5 %. Perendaman pada dosis demikian akan menyebabkan lintah melepaskan diri dari tubuh ikan. Meskipun demikian larutan ini tidak akan membunuh lintah itu sendiri.

Sebagai obat infeksi Piscinoodinium (Velvet).
Pengobatan terhadap infeksi Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka panjang dalam larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air. Atau 1 sendok teh per 4 liter air. 

Perhitungan
Untuk memberikan perlakuan garam yang tepat pertama kali harus diketahui volume air dari akuarium yang akan diberi perlakuan. Sebagai contoh apabila anda mempunyai akuarium dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm tapi diisi air setinggai 40 cm saja, maka volume airnya adalah 100 x 50 x 40 cm3 = 2.000.000 cm3 atau sama dengan 200 liter air atau sama dengan 200 kg.
Apabila dosis garam yang diperlukan adalah 1 % maka garam yang diperlukan adalah 1 % (0.01) x 200 kg = 2 kg . Sedangkan bila dosis garam yang diperlukan adalah 0.1 % maka yang diperlukan adalah 0.1 % (0.001) x 200 kg = 0.2 kg atau kurang lebih 2 ons atau 200 gram.

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua ikan air tawar tahan terhadap pemberian garam. Oleh karena itu, sebelum melakukan perlakuan pemberian garam, yakinlah terlebih dahulu bahwa ikan yang dipelihara bukan termasuk ikan yang peka terhadap garam.

Garam Inggris/Epsom salts (MgSO4.7H20)


Garam inggris biasa digunakan untuk meningkatkan kadar mineral dalam air, dan sering efektif dalam mengobati sembelit (tidak bisa buang kotoran) pada ikan.

Dosis dan Cara Pemberian

Sebagai pencahar (pencuci perut), larutkan 1 sendok teh peres (2.5 g) garam inggris dalam 18 liter air. Terlebih dahulu larutkan garam inggris tersebut dalam sedikit air akuarium pada wadah tertentu, selanjutnya masukan kedalam akuarium yang telah berisi air dengan takaran yang sesuai.

Peningkatan sedikit temperatur air (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) dapat membantu meningkatkan laju metabolisme ikan tersebut sehingga diharapkan akan dapat mempercepat pemulihan dari gejala sembelit

Kalium Permanganat (PK)

Kalium permanganat (PK) merupakan oksidator kuat yang sering digunakan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit  dan infestasi bakteri terutama pada ikan-ikan dalam kolam.  Meskipun demikian untuk pengobatan ikan-ikan akuarium tidak sepenuhnya dianjurkan karena diketahui banyak spesies ikan hias yang sensitif terhadap bahan kimia ini.  

Bahan ini diketahui efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur.  Meskipun demikian,  penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat keracunannya hanya sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh karena itu,  harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium yang alkalin.    Potasium permanganat tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet. 

Kalium permanganat (KMnO4) merupakan alkali kaustik yang akan tersdisosiasi dalam air membentuk ion permanganat  (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan terbentuknya molekul oksigen elemental.  Oleh karena itu, efek utama bahan ini adalah sebagai oksidator.

Dilaporkan bahwa  permanganat merupakan bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi.  Beberapa literatur menunjukkan bahwa mangan oksida membentuk kompleks protein pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit ikan yang akhirnya menyebabkan mereka mati.

Berbagai review dalam berbagai literatur menunjukkan bahwa kalium permangat dapat membunuh Saprolegnia, Costia, Chilodinella, Ich, Trichodina, Gyrodactylus dan  Dactylogyrus, Argulus, Piscicola, Lernea, Columnaris dan bakteri lainnya seperti Edwardsiella, Aeromonas, Pseudomonas, plus Algae dan Ambiphrya.

Mekipun demikian Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK digunakan dalam perendaman  (dengan dosis: 10-25 ppm selama 90 menit). Begitu pula dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resiten terhadap PK, kecuali apabila PK digunakan sebagai terapi perendaman.  

Kalium permangat sebagai terapi perendaman bersifat sangat kaustik, hal ini dapat menyebabkan penggumpalan nekrosis (ditandai dengan memutihnya jaringan yang mati) pada sirip.  Kerusakan insang juga dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan beberapa minggu kemudian setelah dilakukan terapi perendaman. Ikan mas koki, diketahui lebih sensitif terhadap PK sebagai terapi perendaman dibandingkan dengan spesies lainnya.  Dengan alasan-alasan seperti itu, maka sering tidak direkomendasikan  untuk menggunakan PK sebagai terapi perendaman, dan juga karena efek terapeutiknya tidak lebih baik dibandingakan dengan terapi terus-menerus dengan dosis 2 - 4 ppm. 

Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup. Penularan kembali masih dapat terjadi, oleh karena itu, direkomendasikan untuk mengulang kembali perlakuan 2-3 hari kemudian dengan dosis 2 ppm. 

Beberapa khasiat lain dari Kalium permangat yang dilaporkan diantaranya          adalah: sebagai disinfektan luka, dapat mengurangi aeromanoas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif lainnya, dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder pada Ulcer,  dan tentu saja sebagai oksidator yang akan mengkosidasi bahan organik.

Beberapa aplikasi lain yang biasa dilakukan oleh para hobiis dan akuakulturis adalah menggunakannya dalam proses transportasi ikan.  Konsentrasi kurang dari 2 ppm diketahui dapat mengurangi resiko infeksi Columnaris dan infeksi bakteri lainnya, serta membatasi dan menghentikan parasit yang sering menyertai ikan dalam proses transportasi.  Begitu juga transportasi burayak dilaporkan aman dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm.  Meskipun demikian untuk burayak dalam kolam tidak dianjurkan untuk menggunakan perlakuan kalium permanganat.  Hal ini tidak ada hubungannya dengan keracunan yang mungkin terjadi pada burayak, tetapi efeknya justru terhadap kemungkinan berkurangnya fitoplankton dan makrofit  yang dapat menyebabkan burayak menderita kelaparan.

Untuk jenis Catfish, perlakuann kalium permanganat sering dianjurkan untuk dilakukan pada konsentrasi diatas 2 ppm.  Meskipun demikian dosis yang aman adalah 2 ppm.

Fungsi lain dari kalium permanganat dalam akuakultur adalah sebagai antitoxin terhadap  aplikasi bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin sering digunakan sebagai bahan piscisida, yaitu bahan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain yang tidak dikehendaki.  Alih-alih menunggu bahan ini netral secara alamiah dalam waktu tertentu, kalium permanganat digunakan untuk segera menetralkan kedua bahan tersebut. Konsentrasi 2-3 ppm selama 10-20 jam diketahui cukup untuk menetralisir residu Rotenone atau Antimycin.  Pendapat lain menyatakan bahwa dosis PK sebaiknya diberikan setara dengan dosis piscisida yang diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm, makan untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2 ppm.

Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri) Pertama by pass filter biologi. PK dapat membunuh bakteri dalam filter biologi. Kedua pastikan bahwa aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul oragnik teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen terlarut menurun.  Ketiga berikan dosis sebanyak 2-4 ppm.

Dosis 2 ppm diberikan pada ikan-ikan muda atau ikan-ikan yang tidak bersisik.  Sedangkan dosis 4 ppm diberlakukan pada ikan-ikan bersisik. Selang dosis tersebut tidak akan merusak tanaman, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya.

Sebagai gambaran umum satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram.  Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila timbangan tidak tersedia.

Perlakuan biasanya dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan.  Karena hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi.     Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.



Sifat Fisika dan KimiaTampilan: 

kristal berwarna ungu
Bau:tidak berbau
Kelarutan: 7g dalam 100 g air
Berat jenis: 7
pH: tidak ada informasi
Volatilasi (21°C): 0
Titik didih: N/A
Titik Cair: 240°C
Tekanan Uap: Tidak ada informasi
Laju Penguapan: Tidak ada informasi Peringatan:
Jangan sampai kontak dengan pakaian dan bahan lain yang mudah terbakar. Simapan dalam tempat tertutup rapat. Jangan simpan didekat benda mudah terbakar.
Cuci segera pakaian yang terkena. Jangan terkena mata atau kulit. Jangan hirup debu PK.  Cuci tangan setelah menggunakan.


Pertolongan Pertama:
Apabila terkena mata atau kulit. Segera siram mata dan kulit dengan air yang banyak selama 15 menit.  Apabila terhirup segera pindahkan korban ke udara bersih; apabila tidak dapat bernapas beri pernapasan buatan; apabila kesulitan bernapas beri oksigen. Apabila tertelan: Jangan rangsang agar muntah,  minum air yang banyak. Segera kontak dokter.

Klorin dan Kloramin


Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum seperti PAM atau PDAM.  Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau lumayan menyengat.  Bau ini bisa dikenali seperti bau air kolam renang yang biasanya secara intensif diberi perlakuan klorinasi dengan kaporit.  Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl).  

Klorin relatif tidak stabil di dalam air sehingga biasanya akan segera terbebas keudara, sedangkan kloramin jauh lebih stabil dibandingkan klorin sehingga beberapa perusahan pengolah air minum (di LN) tidak sedikit yang menggunakan bahan ini sebagai pengganti klorin.  Baik klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan.  Keduanya akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sisitem enzim ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin secara alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan temperatur lebih tinggi, karena pada kondisi demikian proporsi asam hipoklorus yang terbentuk akan meningkat.

Untuk menghindari efek kronis dari bahan tersebut maka residu klorin dalam air harus dijaga agar tidak lebih dari 0.003 ppm.  Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm sudah cukup untuk membunuh ikan dengan cepat. 

Tanda-tanda Keracunan Ikan yang terkena klorin akan menunjukkan gejala seperti ingin keluar dari akuarium/tank, meluncur kesana kemari dengan cepat dalam usaha mencari daerah yang bebas dari klorin atau kloramin.  Selanjutnya ikan akan gemetar dan warna menjadi pucat, lesu dan lemah. Klorin dan kloramin secara langsung akan merusak insang sehingga dapat menimbulkan gejala hipoxia, meningkatkan kerja insang dan ikan tampak tersengal-sengal dipermukaan.  Apabila ada aerasi atau aliran air, maka ikan-ikan tersebut akan tampak berkerumun disana.

Pencegahan dan Perlakuan  Air keran harus selalu di deklorinasi sebelum digunakan, baik secara kimiawi maupun fisika.  Klorin dapat dihilangkan dengan pemberian aerasi secara intensif, atau dengan menyemburkan air keras-keras pada wadah (penampungan), atau dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan membiarkan (mengendapkan) air selama semalam.  Dengan cara demikian maka gas klorin akan terbebas ke udara.

Cara lain adalah dengan menggunkan bahan deklorinator atau lebih dikenal dengan nama anti klorin yang biasa dijual di toko-toko akuarium. Penggunaan anti-klorin lebih dianjurkan untuk air-air yang diolah dengan  kloramin.  Sebelumnya pastikan bahwa anti klorin tersebut dapat bekerja baik untuk klor maupun kloramin, karena tidak semua produk anti klorin bisa menangani keduanya sekaligus. Pada umumnya anti-klorin mengandung natrium tiosulfat yang akan segera mengikat klorin. 

Kloramin relatif lebih sulit diatasi oleh natrium tiosulfat saja dibandingkan dengan klorin, karena maskipun  gas klorinnya dapat diikat dengan baik,  tetapi akan menghasilkan amonia. Anti klorin yang ditujukan untuk mengatasi kloramin, biasanya  akan mengandung bahan kimia lain yang akan mengingat amonia tersebut.  Apabila tidak maka dianjurkan untuk mengalirkan air hasil deklorinasi tersebut melewati zeolit.

Anti klorin hendaknya digunakan  pada air sebelum  air tersebut dimasukkan kedalam akuarium.  Pemberian secara langsung di dalam akuarium disarankan hanya dilakukan dalam keadaan darurat saja.

Pada kasus terjadinya keracunan klorin, segera pindahkan ikan yang terkena kedalam akuarium/wadah yang tidak terkontaminasi.  Dalam keadaan terpaksa tambahkan anti-klorin pada akuarium yang terkontaminasi  untuk menetralisir/manghilangkan residu klorin sesegera mungkin.  Tingkatkan intensitas aerasi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya stres pernapasan pada ikan-ikan didalamnnya.

Euthanasia


Dalam memelihara ikan hias, ada kalanya kita dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit, khususnya pada saat ikan kesayangan tersebut menderita suatu penyakit atau mengalami luka-luka yang parah. Keputusan untuk menentukan apakah harus mencoba mengakhiri penderitaan ikan tersebut (Euthanasia) atau mencoba menyembuhkannya merupakan hal yang sangat sulit, apalagi bila selama ini sudah terjalin keakraban antara pemilik dan ikan kesayangannya. Jika tindakan euthannasia diperlukan berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan..
Cara Euthanasia yang Dianjurkan

Perlu diingat bahwa ikan mempunyai rasa sakit dan stress, oleh karena itu, euthanasia perlu dilakukan secara manusiawi. Beberapa cara yang biasa dilakukan adalah: Konkusi : Pada cara ini tubuh ikan dibungkus dengan kain tetapi kepalanya dibiarkan terbuka. Kemudian kepala ikan tersebut dipukulkan pada benda keras, sekeras mungkin. Bisa juga dilakukan dengan cara memukul kepala ikan tersebut dengan benda keras. Pastikan bahwa otak ikan tersebut telah rusak, kalau tidak, terdapat kemungkinkan ikan akan sadar kembali. Untuk memastikannya anda bisa gunakan gunting atau pisau untuk merusakkan otaknya.

Dekapitasi: Untuk ikan-ikan berukuran kecil, kepala ikan dapat dipisahkan dengan cepat menggunakan pisau atau gunting yang sangat tajam. Selanjutnya otak ikan tersebut segera dihancurkan. Ikan masih dapat tersadar selama beberapa saat setelah kepalanya terpisah, oleh karena itu, tindakan penghancuran otak ini diperlukan.

Pembiuasan overdosis: Cara ini termasuk sesuai untuk berbagai jenis ukuran ikan. Selain itu juga sesuai untuk melakukan Euthanasia bersama-sama pada ikan yang mengalami sakit secara masal. Caranya adalah dengan merendam ikan pada larutan obat bius ikan pada konsentrasi berlebih dan dalam waktu relatif lama.

Cara Euthanasia yang Tidak Dianjurkan:

  • Memasukan ikan kedalam lobang WC hidup-hidup dan menggelontornya dengan air
  • Mengeluarkan ikan dari dalam air, kemudian membiarkannya sampai mati.
  • Memasukkan ikan pada air mendidih.
  • Memasukkan ikan pada ari dingin (es)
  • Mendinginkan ikan secara perlahan-lahan
  • Mematahkan leher ikan tanpa diikuti dengan pengrusakan otak
Setelah melakukan Euthanasia, kuburlah ikan tersebut di tempat yang aman, agar tidak menimbulkan penularan yang tidak diperlukan. Jangan berikan ikan sakit tersebut sebagai pakan pada ikan lainya untuk menghindari penularan dan penyebaran penyakit pada ikan lainnya. Apabila akan diberikan sebagai pakan pada binatang lain, pastikan jenis penyakitnya tidak akan menulari binatang lain tersebut.

Metil Biru (Methylene Blue)

Metil Biru (Methylene Blue) Metil biru merupakan pewarna thiazine yang kerap digunakan sebagai bakterisida dan fungsida pada akuarium.  Di beberapa tempat penggunaan bahan ini sudah semakin tidak populer karena diketahui mempunyai pengaruh buruk terhadap filtrasi biologi dan kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan lainnya  termasuk lem akuarium.  Diduga bahan inipun dapat berakibat buruk pada tanaman.

Metil biru diketahui efektif untuk pengobatan ichthyopthirius (white spot) dan jamur.  Selain itu,  juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan.  

Metil biru biasanya tersedia sebagai larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 - 2 persen.  Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk.

Dosis dan Cara Pemberian Untuk infeksi bakteri, jamur dan protozoa dosis yang dianjurkan adalah 2 ml larutan dengan konsentrasi 1 persen per 10 liter air akuarium.  Perlakuann dilakukan malalui  perendaman jangka panjang.  Hal ini hendaknya dilakukan pada akuarium terpisah, atau akuarium karantina untuk menghindari terjadinya efek buruk pada sistem filtrasi biologi dan menempelnya warna pada dekorasi akuarium.

Sebagai profilaktik untuk mencegah  serangan jamur pada telur, dosis yang dianjurkan adalah 2 mg/liter.  Cara yang lebih mudah adalah dengan menambahkan metil biru pada bak pemijahan setetes demi setetes.  Pada setiap tetesan biarkan larutan metil biru tersebut tersebar secara merata.  Tetesan dihentikan apabila air akuarium telah berwarna  kebiruan atau biru jernih (tembus pandang).  Artinya isi di dalam akuarium tersebut masih dapat dilihat dengan jelas.  Perlakuan ini cukup dilakukan sekali kemudian  dibiarkan hingga warna terdegradasi secara alami.  Dengan demikian,  apabila telur menetas nanti dan burayak makan untuk pertama kali diharapkan sudah tidak akan terpengaruh oleh kehadiaran  metil biru tersebut.   Setelah  telur menetas,  penggantian air sebanyak 5 % setiap hari dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kadar metil biru dalam air tersebut, dan juga membantu mengurangi akumulasi bahan organik dan amonium yang mungkin terbentuk dalam bak pemijahan.

Pada spesies ikan yang memiliki waktu inkubasi telur lebih dari 4 hari maka pemberian larutan metil biru dapat diberikan setiap dua hari atau tiga hari sekali.

Sifat Kimia-Fisika:

Titik Didih: 100° C> Kepadatan (H20 = 1): 1.02 Tekanan Uap (mm Hg dan Temperature): 18 @ 20° C Laju Evaporasi ( n-butyl alcohol= 1): 1 Kepadatan Uap (udara=1): 0.6 Kelarutan dalam air: Larut Warna dan Bau:Biru-ungu, tidak berbau.

Oxytetracyline

Oksitetrasiklin hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang digunakan dalam pengobatan penyakit akibat infeksi bakterial sistemik pada ikan

Dosis dan Cara Pemakaian Suntik: 10-20 mg oksitetrasiklin per kg berat badan ikan.  Ulangi penyuntikan apabila diperlukan.

Oral: Diberikan melalui pakan. Dosis 60 - 75 mg per kg berat badan ikan per hari.  Berikan selama 7 - 14 hari.

Perendaman: Jangka panjang (5 hari). Dosis 20 -100 ppm. Ulangi apabila diperlukan.

sumber :http://www.breederkoi.com/article/article.asp?cat=5